Sabtu, 16 Januari 2021

Pentingnya Ta'dzim Kepada Guru

            Pentingnya Ta'dzim kepada Guru 

Ta'dzim adalah Ilmu

Sering kali kita mendengar kata ta’dzim. Kata yang tidak asing ditelinga para santri sekaligus perihal yang sangat dianjurkan oleh santri sebagai perilaku akhlak yang mencerminkan dirinya.

 

Mudahnya ta’dzim diartikan sebagai “manut/ikut” terhadap perintah guru. Apapun yang diperintahkan guru kepada murid ny dan menjalani perintah tersebut dengan baik, itulah yang dinamakan dengan ta’dzim.

sikap dan salah satu akhlak seseorang juga ditentukan dengan tingkat ke ta’dziman seorang murid kepada guru. Seorang guru pasti sudah memikirkan secara matang dengan apa yang dijadikan perintahnya. Maka benar, tidak ada seorang guru yang memerintah kan  kepada kejelekkan

Definisi Guru

 

Ketika mendengar kata guru. Spontan dalam pandangan kita adalah guru di sekolah. Guru yang mengajarkan segudang materi pelajaran di dalam ruangan dan dibatasi oleh dinding kelas.

Mengapa harus guru sekolah yang ada dalam pikiran ?

Terjadinya sebuah interaksi yang berulang-ulang itulah yang akan menancap kuat dalam pikiran kita. Termasuk dalam proses belajar-mengajar di sekolah yang dalam kurun waktu kurang lebih 12 tahun.

Menurut saya, sesuatu yang sudah pernah mengajari dan memanfaatkan ilmu nya kepada sesama itulah yang disebut dengan guru. Jadi, guru dalam pandangan saya adalah guru yang tidak memandang batas ketentuan usia.

Selama ia memberikan peran penting dalam kehidupan sekitar, ia adalah guru. Dalam konteks yang luas mungkin guru didefinisikan seseorang yang memberikan dalam bentuk apapun.

Ta’dzim bentuk hurmat kepada guru

 Setelah mengetahui definisi guru. Selanjutnya yang perlu dipahami adalah keta’dziman seorang murid terhadap gurunya.

 Nah, Sering kali dalam pandangan seorang siswa atau murid yakni guru selain sebagai fasilitator dalam proses belajar-mengajar. Guru dipandang sebagai seseorang yang suka perintah A dan B.

 Jelas, persepsi ini salah kaprah. Justru ini adalah pengalaman yang luar biasa yang tidak ada duanya. Menurut saya, dibalik perintah guru banyak sekali hikmah dan makna tersirat di dalamnya.

 kita tidak tau manfaat mana yang akan terealisasi dalam kehidupan kita. Mau tidak mau, suatu saat kalian pasti akan menjadi guru. Sekalipun hanya menjadi guru terhadap anaknya.

 Tidak ada tokoh-tokoh muslim yang tidak mempunyai guru. Mereka semua memiliki segudang karya karena dari hasil pengalaman ta’dzim kepada guru. Dan selama mereka mampu mengembangkan keilmuan dan pengalaman-pengalaman spiritual yang diberikan sejak ia belajar. Itulah yang namanya barokah.

 Satu kata yang sama-sama agak sulit didefinisikan, namun berpengaruh besar dalam realita kehidupannya.

Ta’dzim kepada guru sama dengan ta’dzim terhadap ilmunya.

 

Jika kalian tau alat-alat sulap yang sederhana namun mahal harganya, itu bukanlah sebatas kuantitas dari alat tersebut, tetapi lebih kepada kualitas buku itu yang dalam hal ini adalah ilmu.

 

Sama dengan sebuah buku kecil yang mahal harganya namun banyak sekali peminatnya. Tentu mereka melihat kualitas daripada kuantitas. Karena kuantitas hanyalah sebatas penampilan yang mudah direkayasa daripada kualitas yang murni dari hasil pengalaman spiritual.

Untuk itu, hal yang perlu kita garis bawahi adalah menjalankannya terlebih dahulu tanpa harus meneropong manfaatnya apa dan bagaimana. Sebab itulah pelajaran berharga yang hadir tidak dalam bentuk materi namun lebih kepada praktik yang tidak dibatasi oleh posisi, tempat, jadwal, dan waktu.

 

Wallahu a’lam...

لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا


“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (Riwayat Ahmad)

0 Comments: